Selasa, 28 April 2015

Batik Tulis Tradisional Giriloyo Imogiri



Dikutip dari: www.puspadanta.com
Puspadanta – – Konon batik tulis Giriloyo berawal bersamaan dengan berdirinya makam raja-raja Imogiri yang ada di Bukit Merak pada tahun 1654. Ketika Sultan Agung berniat membangun makam, beliau menemukan bukit yang tanahnya berbau harum dan dirasa cocok untuk dibuat menjadi makam. Tetapi, ketika pemakaman sedang dibangun, Panembahan Juminah yang merupakan paman dari Sultan Agung berkeinginan untuk membantu pemakaman. Namun, yang meninggal duluan adalah Pamannya. Sultan Agung pun kecewa karena sebagai penguasa atau raja seharusnya yang pertama kali dimakamkan adalah Sulta. Untuk mengobati kekecewaannya, Sultan Agung memindahkan lokasi pembangunan makam untuk dirinya di “Bukit Merak” yang berada di dusun Pajimatan wilayah Girirejo 11.
Sejalan dengan berdirinya makam raja-raja Imogiri maka diperlukan tenaga untuk bertanggung jawab memelihara dan menjaganya. Oleh karena itu, pihak kraton menugaskan abdi dalem yang dikepalai oleh bupati. Dengan berkembangnya wilayah tersebut dikarenakan banyak abdi dalem yang bertugas, maka kepandaian membatik dari abdi dalem di kraton menyebar di daerah tersebut. Kemudian, kepandaian membatik halus diteruskan hingga anak dan cucu perempuannya hingga saat ini.
Pola-pola batik Giriloyo merupakan pola-pola yang dihasilkan dari kekayaaan alam Yogyakarta. Walaupun tercipta dari alat sederhana dan proses kerja yang terbatas, batik yang dihasilkan merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Batik bagaikan lukisan yang dipaparkan dalam sebuah kain sehingga terbenuk nilai seni yang menggambarkan hasil cipta, rasa dan karsa si pembatik.
Makna filosofis dari batik-batik yang dibuat di Giriloyo antara lain:
  1. Sido Asih mengandung makna si pemakai apabila hidup berumah tangga selalu penuh dengan kasih sayang,
  2. Sido Mukti mempunyai makna hidupnya akan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan (biasanya dipakai pengantin),
  3. Sido Mulyo bermakna si pemakai hidupnya akan selalu mulia,
  4. Sido Luhur mempunyai makna si pemakai akan menjadi orang berpangkat yang mempunyai budi pekerti baik dan luhur,
  5. Truntum mengandung makna cinta yang bersemi,
  6. Grompol artinya kumpul atau bersatu, mempunyai makna agar segala sesuatu yang baik bisa terkumpul seperti rejeki, kebahagiaan, keturunan, hidup kekeluargaan yang rukun,
  7. Tambal bermakna menambah segala sesuatu yang kurang. Apabila batik ini digunakan untuk menyelimuti orang sakit maka akan segera sembuh,
  8. Ratu Ratih dan Semen Roma melambangkan kesetiaan seorang istri,
  9. Mdau Bronto melambangkan asmara yang manis bagaikan madu,
  10. Semen Gendhang melambangkan harapan agar pengantin yang mengenakan batik tersebut lekas mendapatkan momongan.
Motif-motif batik yang ada di dalam batik tulis Giriloyo menggambarkan betapa masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta selalu mempunyai harapan agar hidup lebih baik dalam setiap perilaku dan tutur katanya. (Lala)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar